Oleh: Francisca Indriyani, S.Pd.
Menulis adalah kegiatan yang bermanfaat bagi siswa, baik untuk meningkatkan kecerdasan, kreativitas, daya ingat, maupun untuk mengekspresikan diri. Salah satu yang dapat dilakukan oleh anak seusia sekolah dasar yaitu menulis dongeng karena dongeng termasuk cerita yang banyak diminati oleh anak-anak. Menulis dongeng dilakukan untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan literasi. Membuat suatu tulisan sangat memerlukan ide yang kreatif. Menulis bisa menjadi ruang untuk siswa mengungkapkan banyak hal yang ada dalam imajinasinya, sehingga kreatifitas dan inovasinya akan terus berkembang.
Dalam kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila di SD Marsudirini Yogyakarta, para guru mengajak peserta didik khususnya kelas 4 untuk membuat sinopsis cerita rakyat. Sebelum membuat sinopsis, siswa diajak untuk membaca beberapa cerita rakyat yang ada di Indonesia.
Kegiatan ini diharapkan dapat menumbuhkan minat membaca dan menulis pada anak yang akhir-akhir ini sudah mulai luntur karena kalah dengan perkembangan teknologi. Perlu kita ketahui bahwa pendidikan literasi berperan sebagai pondasi agar anak mampu berfikir kritis dan logis pada saat menghadapi situasi tertentu. Membaca buku cerita merupakan salah satu kegiatan literasi yang sederhana. Jika hal ini dilakukan secara rutin maka dapat meningkatkan kemampuan anak dalam dunia literasi. Budaya membaca harus ditumbuhkan sejak usia dini dan harus terus ditingkatkan, salah satunya lewat membaca cerita rakyat.
Mengapa guru memilih cerita rakyat? Menurut Hapsari, 2017 strategi pembentukan karakter anak dapat dilakukan dengan pemberian contoh, pembiasaan membaca cerita rakyat, mendengarkan dongeng, dan penciptaan lingkungan baca yang mendukung. Penyadaran nilai moral anak sangat tepat jika dilakukan melalui cerita atau dongeng sebab cerita atau dongeng merupakan media efektif untuk menanamkan nilai dan estetika kepada anak karena salah satu unsur intrinsik yang ada dalam cerita rakyat adalah memiliki amanat atau pesan moral.
Didukung dengan pernyataan tersebut, guru memilih cerita rakyat untuk menjadi karya yang dibuat oleh siswa SD Marsudirini Yogyakarta. Melalui cerita rakyat, siswa diajarkan untuk mengambil hikmah, kesimpulan, serta pesan moral yang berbudi luhur tanpa mereka sadari, karena nasihat tersampaikan secara murni dari cerita di dalamnya. Nilai karakter yang ada dalam cerita rakyat dapat menjadi sarana bagi guru untuk dijadikan media penanaman nilai karakter pada diri siswa. Melalui cerita rakyat yang menampilkan tokoh-tokoh dengan berbagai jenis perwatakan dapat djadikan model agar siswa dapat membedakan karakter yang baik maupun buruk. Cerita rakyat dianggap mampu menanamkan nilai karakter pada anak sehingga sangat berguna untuk menghadapi kehidupan dunia di era globalisasi seperti sekarang ini.
Memang tidak mudah mengajak siswa untuk mau menulis karena mereka harus terlebih dahulu mencari referensi, membaca, memahami cerita, dan akhirnya harus menceritakan kembali isi dari cerita yang mereka baca. Mereka harus mengenal tokoh-tokoh dan alur cerita di dalamnya. Tidak sedikit siswa yang mengeluh dan bosan melakukan kegiatan tersebut. Maka, di sinilah peran guru harus benar-benar bisa menjadi motivator dan fasilitator. Maka di sela-sela kegiatan menulis, guru mengajak siswa untuk membuat drama atau kegiatan barmain peran dengan mengambil salah satu cerita rakyat yang mereka sukai. Cerita yang dipilih adalah “Bawang Merah Bawang Putih”. Semua siswa dalam satu kelas mempunyai peran masing-masing untuk menampilkan cerita tersebut dalam bentuk drama. Mereka sangat semangat ketika berlatih drama bersama teman dan guru. Selain itu kami juga mendapat dukungan yang positif dari para orang tua yang ikut terlibat dalam kegiatan ini. Meskipun siswa berlatih drama, namun mereka juga tetap menyelesaikan dan menulis sinopsis cerita rakyat yang menjadi tugas utama dari Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila.
Para siswa mulai merasakan keseruan dan menikmati setiap proses yang ada. Kegiatan ini mampu menumbuhkan sikap percaya diri dan mau menghargai antar teman yang tentunya memiliki sifat yang berbeda-beda. Kegiatan ini berlangsung sekitar dua minggu yang akhirnya diakhiri dengan pentas drama yang disaksikan oleh seluruh siswa dan guru di SD Marsudirini dalam kegiatan gelar karya.
Pada akhirnya, para siswa pun menjadi antusias dan senang ketika menulis. Mereka saling berdiskusi dan bertukar pikiran untuk menambah kosa kata yang dapat dituangkan ke dalam cerita sinopsis mereka. Proses yang dilalui oleh peserta didik selama membuat sinopsis ini sangat luar biasa. Mereka benar-benar menunjukkan kreavifitas masing-masing dalam memilih kata dan membuat sketsa gambar sesuai dengan cerita yang mereka pilih.
Ketika tulisan mereka menjadi sebuah kumpulan cerita dan dicetak menjadi sebuah buku, mereka sangat bangga dengan hasil karya mereka. Hasil karya yang bisa dinikmati oleh banyak orang membuat mereka semakin tertarik untuk menciptakan karya-karya yang lebih kreatif. Julukan “Penulis Cilik” yang diberikan kepada para siswa juga mendapat dukungan dari sekolah. Mereka didorong agar semakin mencintai dan mengembangkan ketrampilan menulisnya.
Jadi, kita harus terus menggaungkan literasi pada anak sedini mungkin agar mereka memiliki kebiasaan membaca dan menulis yang baik. Melalui buku yang mereka baca dan karya yang mereka tulis, mereka dapat menjadi siswa yang hebat dan berkepribadian baik sesuai dengan slogan sekolah Marsudirini yaitu “Semakin Cerdas dan Berkarakter”. Orang tua juga harus mendukung putra-putrinya dalam pengembangan kemampuan literasi mereka. Jika sinergi positif antara orangtua dan pihak sekolah terbangun baik, bukan hal mustahil anak usia sekolah dasar pun dapat menciptakan sebuah karya yang bisa dinikmati oleh banyak orang.