Oleh: Basilius Agung Wikaryanto, S.Pd.
Siswa yang terdampak pandemi selama kurang lebih 2 tahun, dapat dikatakan sebagai anak yang mempunyai sifat yang sangat kurang dalam hal bersosialisasi. Terlihat sekali, beberapa siswa memiliki sifat yang suka menyendiri, acuh terhadap temannya, kurang memiliki rasa peka dan peduli, serta minat membaca yang sangat minim. Misalnya ketika guru meminta siswa untuk membaca sebuah bacaan sebagai materi ajar, beberapa siswa tampak tidak antusias untuk membaca secara mandiri.
Demikian juga ketika para siswa harus bekerja dalam kelompok dan diminta untuk berdiskusi secara mandiri mengenai buku bacaan yang sudah disiapkan oleh guru, beberapa siswa pun kurang mampu terlibat dalam diskusi atau memberikan dukungan belajar antarsiswa. Mereka lebih cenderung mengerjakan tugas mereka masing-masing tanpa adanya diskusi di dalam kelompok.
Dalam pembelajaran tentunya diharapkan para siswa dapat memaksimalkan kemampuannya sesuai dengan gaya belajarnya, dan hal ini menjadi tantangan sendiri bagi guru untuk memfasilitasi gaya belajar setiap siswa. Namun perlu menjadi perhatian guru, bahwa sosialisasi dan relasi antarsiswa juga hal yang penting dalam pembelajaran. Salah satu kegiatan yang dapat dipraktikkan yaitu menerapkan budaya membaca buku cerita dengan harapan meningkatkan minat baca siswa. Selain itu, dengan membaca buku cerita, siswa diharapkan dapat belajar tentang sosialisasi dan relasi, bagaimana watak tokoh dan nilai moral yang diperoleh, sehingga nantinya siswa dapat bersosialisasi baik dengan teman-temannya.
Salah satu tantangan yang dihadapi tentunya meningkatkan minat membaca buku di kalangan siswa. Para siswa merupakan generasi digital, di mana mereka sangat dekat dengan teknologi terutama gadget (handphone).
Dengan kebiasaan siswa yang sering menggunakan gadget, hal itu sangat berpengaruh dengan minat baca buku pada siswa dan kurangnya keinginan bersosialisasi secara fisik dengan teman-temannya.
Menimbang hal tersebut, guru memang harus bisa menyiapkan strategi pembelajaran yang mampu mendorong siswa senang membaca dengan memanfaatkan gadget yang mereka miliki. Minat membaca siswa dibangun terlebih dahulu dengan memanfaatkan gadget yang mereka miliki. Siswa diberikan sebuah bacaan cerita secara digital dan diminta untuk menceritakan kembali apa yang telah dibaca.
Siswa pun diberikan motivasi tentang pentingnya membaca. Dengan membaca sebuah cerita, siswa juga belajar tentang bagaimana dari karakter tokoh yang ada di cerita tersebut dan nilai-nilai moral kehidupan apa saja yang dapat diambil sebagai praktik baik siswa dalam bersosialisasi dengan teman-temannya.
Beberapa langkah yang dilakukan untuk menumbuhkan budaya membaca buku cerita demi terbangunnya sosialisasi dan relasi baik antar siswa, yaitu:
- Guru memberikan motivasi akan pentingnya membaca, terutama hal-hal baik yang diperoleh ketika membaca buku cerita. Misal dengan membaca sebuah cerita, siswa mengetahui karakter manusia, bagaimana relasi antartokoh, dan nilai moral yang disampaikan dari cerita tersebut.
- Guru mengajak siswa berdiskusi tentang sosialisasi dan relasi dengan memberikan beberapa pertanyaan pemantik. Apa tujuan bersosialisasi dan berelasi? Bagaimana sebaiknya seseorang bersosialisasi? Bagaimana seseorang dapat membangun sebuah relasi? Apa yang terjadi jika seorang siswa tidak mampu bersosialisasi dan berelasi di sekolah? Siswa diberi kesempatan untuk berpendapat.
- Membiasakan siswa untuk membaca buku cerita di pojok baca kelas dan perpustakaan.
- Siswa diberikan kesempatan untuk saling berbagi cerita dan pengalaman tentang hal-hal baik yang diperoleh setelah membaca buku cerita.
- Membangun semangat dengan selalu menyuarakan slogan “BUKU CERITA CERMINAN HIDUPKU”. Hal ini dimaksudkan agar siswa dapat menerapkan praktik baik ketika bersosialisasi dan berelasi, salah satunya didapat dengan membaca buku cerita.
Kegiatan ini dilakukan untuk menumbuhkan minat siswa membaca buku, terutama buku cerita. Harapannya agar siswa mulai memahami bahwa membaca buku di era digital masih sangat penting. Banyak hal positif yang diperoleh dengan membaca buku, sehingga siswa tidak hanya berkutat dengan gadget yang mereka miliki.
Setiap akhir pekan (Jumat), guru mengajak siswa untuk saling menyampaikan pendapat dan berbagi pengalaman, serta berefleksi selama berkegiatan satu minggu di sekolah. Hal ini dapat menjadi bentuk evaluasi kelas sehingga ketika ada permasalahan maka dapat diselesaikan secara bersama.
Hasil dan dampak dari kegiatan ini adalah menumbuhkan rasa kepekaan dan kepedulian antarsiswa. Siswa terlihat lebih siap untuk bersosialisasi dengan teman, ketika ada hal-hal yang kurang baik, antarsiswa sudah tampak untuk saling mengingatkan atau menegur. Siswa lebih dapat menghargai teman-temannya ketika terjadi perbedaan pendapat, mau membantu temannya ketika mengalami kesulitan, dan terjadi relasi yang nyaman di dalam kelas.