REKOLEKSI SISWA-SISWI KELAS 6


REKOLEKSI SISWA-SISWI KELAS 6

Berkat Tuhan Menumbuhkan Iman, Cinta, Kasih, dan Kebanggaan Menjadi Marsudirini” menjadi tema yang diusung dalam kegiatan rekoleksi kelas 6 tahun ini. Kegiatan yang diadakan pada Kamis – Jumat, 16-17 Januari 2025 di Rumah Rekoleksi Santo Fransiskus Assisi Muntilan ini diikuti 69 siswa-siswi kelas 6 dan didampingi oleh 3 orang guru yaitu Bapak Thomas, Ibu Elizabeth, dan Ibu Angela.

Fasilitator rekoleksi kali ini adalah Tim dari Ordo Fransiskan. Mereka adalah Romo Robertus Agung Suryanto, OFM dan dibantu oleh Fr. Stefanus Raka Putra Pratama, OFM, Fr. Erwinardus Generto Beto, OFM, Fr. Oktavianus Sauli Kasih, OFM, dan Fr. Elga Jendrianus Ten, OFM.

Rekoleksi dibuka dengan perkenalan dari Romo dan para frater yang akan menjadi pemateri dan akan mendampingi para siswa selama kegiatan. Kemudian acara disusul dengan ice breaking dan penampilan yel-yel atau jargon kelompok untuk mencairkan dan menghangatkan suasana.

 

Selanjutnya materi rekoleksi disampaikan dalam beberapa sesi. Tema sesi pertama adalah “Siapakah Aku Ini?”. Para peserta diajak untuk mengenali diri sendiri, latar belakang keluarganya, juga kelemahan dan kelebihan diri masing-masing, Setelah lebih dalam mengenali diri sendiri, mereka diajak untuk mengembangkan kelebihan atau talenta yang dimilikinya. Kelemahan, jangan dijadikan hal yang membuat putus asa, justru menjadi penyemangat dan pemantik, untuk berusaha lebih baik lagi dan terus menerus memperbaiki diri menjadi semakin baik. Romo dan frater menegaskan bahwa setiap orang berharga di mata Tuhan, tidak peduli seberapa besar kelebihan maupun kekurangan yang dimiliki.

Sesi yang kedua adalah “Diberkati untuk Menjadi Berkat”. Para siswa diingatkan bahwa segala yang dimiliki adalah berkat Tuhan yang diberikan secara cuma-cuma. Misalnya: nafas kehidupan, keluarga yang bahagia, sekolah yang nyaman, guru dan teman yang menyenangkan, alam dan lingkungan yang bersih dan nyaman, kepandaian, bakat, talenta, yang dimiliki, dan lain sebagainya. Apakah berkat Tuhan itu hanya akan kupendam dalam diriku, semata-mata semua berkat tersebut melulu hanya untuk diriku?

Mereka disadarkan bahwa berkat Tuhan akan semakin hidup dan bermakna bila dibagikan pada sesama. Misalnya, anak yang jago matematika bisa membantu menjelaskan kepada temannya yang kesulitan dalam pelajaran Matematika. membantu orang tua menyelesaikan pekerjaan di rumah, menyisihkan uang jajan untuk disalurkan pada mereka yang membutuhkan, dll.

            “Dengan iman, aku bertumbuh dan dikuatkan” dan “Cinta kasih-Mu membukakan hati dan telingaku” menjadi tema sesi berikutnya. Mula-mula, peserta diajak memahami apa itu iman. Iman secara sederhana bermakna kepercayaan dan keberserahan diri segenap hati kepada Tuhan. Namun apakah beriman itu berarti kita hanya berserah dan berpasrah dan hanya berpangku tangan? Tentu saja jawabannya adalah “Tidak”. Iman yang kita miliki perlu untuk diwujudkan dalam hidup sehari-hari. Romo dan frater memberi contoh sederhana: Ketika mau ujian, apakah cukup dengan kita berdoa terus menerus, tanpa belajar? Belajar itu menjadi sebuah perwujudan iman, bagaimana melalui belajar kita terus bertumbuh dan berkembang baik dalam pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Dengan belajar kita mengusahakan agar mendapat nilai yang bagus. Namun dengan iman yang kita miliki, kita akan dikuatkan apabila hasil yang kita peroleh tidak memuaskan. Kita masih tetap mau untuk terus sekolah dan belajar karena kita punya harapan, bahwa suatu saat bila aku terus berusaha dan belajar nilaiku akan bagus.

Melalui permainan yang dipandu oleh para frater, menonton film, dan juga perikop bacaan dari kitab suci, anak-anak juga disadarkan agar semakin mampu menunjukkan diri sebagai pribadi yang dikasihi oleh Allah dan sesama, dengan mau berbuat kasih terhadap sesamanya. Kuncinya adalah kerelaan untuk sungguh mendengarkan; dan salah satu tanda kita sungguh mencintai adalah mau mendengarkan dengan tulus orang yang berbicara dengan kita.

            Sesi terakhir dan yang tidak kalah penting adalah materi “Yang Ingin Aku Berikan Sebagai Keluarga Marsudirini”. Sebagai siswa yang bersekolah di SD Marsudirini hendaknya mereka sadar akan identitasnya sebagai keluarga Marsudirini. Hal konkret apa yang akan dilakukan untuk mewujudkan identitasnya sebagai keluarga Marsudirini. Sudahkan mereka sungguh mengenal dan meneladan Bunda Maria yang begitu teguh dan yakin percaya pada Tuhan? Juga meneladan Santo Fransiskus Assisi, yang dikenal akan kasih persaudaraan terhadap sesama dan alam semesta? Dua fondasi dasar ini harus sungguh tertanam kuat, yakni sebagai seorang Marsudirini yang dekat dengan Tuhan, sesama, dan alam ciptaan.

            Rangkaian kegiatan rekoleksi ditutup dengan perayaan Misa Kudus yang dipersembahkan oleh Romo Robertus Agung Suryanto, OFM. Beberapa siswa sesuai dengan bakat dan kemampuannya bertugas sebagai lektor, pembaca doa umat, organis, dan pengaba.

Sesudah misa, Karuna, mewakili seluruh peserta rekoleksi, mengucapkan terima kasih kepada Romo dan para frater yang sudah meluangkan waktu, tenaga, hati dan pikirannya untuk mendampingi rekoleksi dan juga menyampaikan kesannya selama mengikuti rekoleksi. Mewakili teman-temannya, Karuna mengatakan bahwa mereka merasa sangat senang karena para frater menyampaikan materi dengan cukup variatif melalui permainan, nyanyian, sharing, film, dan lain-lain sehingga semua  peserta tidak merasa bosan.

Semoga rekoleksi ini sungguh membawa manfaat bagi perkembangan karakter, kepribadian dan iman seluruh siswa kelas 6 SD Marsudirini Yogyakarta.