Best Practice: Teman Mengajar


   Oleh: Agnes Endah Mulyaningsih, S.Pd.

“Aku bisa, Bu, aku bisa. Aku mau membantu menjelaskan, Bu!”

Celetukan di atas seringkali saya dengar di kelas ketika ada satu dua siswa mengalami kesulitan saat mengerjakan soal yang saya berikan. Sementara itu, siswa lain yang sudah menguasai materi atau bisa mengerjakannya begitu antusias ingin membantu temannya tadi. Saya pun mencoba memberikan kesempatan kepada siswa tersebut untuk membantu menjelaskan kepada temannya. Ternyata belajar dari teman juga sangat menyenangkan bagi siswa. Tidak ada lagi sebutan “Maha Guru” bagi guru yang dipercaya tahu segala hal.

Saya mulai mengamati proses interaksi siswa-siswi di kelas, bagaimana mereka belajar,  beraktivitas, apa yang menjadi minat atau hobi masing-masing anak, dan seterusnya. Nampak jelas, sebagian dari mereka adalah anak-anak yang sangat aktif, suka bercerita dan sering sekali melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak saya duga sebelumnya. Namun tentu saja, ada beberapa siswa yang masih pasif dan mengalami kesulitan dalam proses belajar di kelas.

Pengalaman di atas membuat saya kemudian berpikir, bagaimana supaya semua siswa juga bisa mendapatkan kesempatan menjadi ”Guru” yang dapat berbagi ilmu sesuai kemampuan dan bakat masing-masing. Setiap siswa tentu memiliki talenta yang berbeda, maka sangat baik jika mereka saling berbagi pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki. Berawal dari cerita ini, muncullah gagasan untuk menciptakan program “Teman Mengajar”. Dengan membagikan pengetahuan dan ketrampilannya, siswa tidak hanya akan semakin menguasai ilmu dan ketrampilannya, namun mereka juga semakin percaya diri untuk berani mengungkapkan gagasan atau idenya di depan orang lain. “Teman Mengajar” sekaligus juga bisa menjadi sarana bagi para siswa untuk belajar saling memberikan motivasi pada teman, mendengarkan, dan berempati.

Kecakapan membaca dan menulis sudah diajarkan dari awal anak-anak belajar di sekolah. Kemampuan membaca dan menulis dapat membantu anak untuk memahami, menganalisis, dan menginterpretasi teks tertulis, membaca dengan lancar, memahami makna kata-kata, frasa, dan paragraf serta mampu mengevaluasi dan merefleksikan informasi yang dibaca. Melalui ketrampilan membaca dan menulis, siswa dapat memahami materi pelajaran, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, dan memperluas wawasan mereka. Membaca dan menulis saja tidak cukup untuk menjadi bekal anak-anak ke depannya, maka perlu diimbangi dengan ketrampilan lain seperti ketrampilan berbicara.

Teman Mengajar menjadi sarana bagi siswa untuk mengembangkan ketrampilan tersebut. Berbagai ketrampilan dapat dikembangkan melalui “Teman Mengajar” seperti menyampaikan ide informasi, menyampaikan pendapat secara jelas dan efektif dalam situasi publik seperti presentasi di depan kelas, kelancaran berbicara, penguasaan intonasi, pengaturan nada suara, serta kemampuan berinteraksi dengan audiens. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi, meningkatkan kreativitas, meningkatkan kemampuan berpikir kritis, dan meningkatkan kepercayaan diri siswa. Kegiatan yang dilakukan memungkinkan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam diskusi, mempresentasikan ide-ide mereka, dan meningkatkan kemampuan berkomunikasi.  Teman Mengajar memberikan kebebasan bagi siswa untuk menentukan topik atau materi yang akan dibagikan kepada teman-temannya. Siswa diperbolehkan untuk membuat media yang mendukung dan berkaitan dengan materi yang disampaikan. Saat teman sedang mengajar maka teman lain menyimak dan menanggapi dengan pertanyaan atau pernyataan yang berkaitan dengan materi tersebut.

Kegiatan Teman Mengajar dilakukan di kelas saat pembelajaran berlangsung. Para siswa sangat antusias melaksanakan program ini. Layaknya seorang guru, siswa juga menyiapkan materi dan media untuk mendukung materinya. Suasana kelas menjadi hidup dan menyenangkan, tanpa ragu siswa saling bertanya jawab dan berdiskusi. Anak-anak belajar menghormati teman yang berbicara, belajar menanggapi dan berkomunikasi dengan baik.

Melalui Teman Mengajar, “Guru bisa menjadi murid dan murid pun bisa menjadi guru!”

Melalui Teman Mengajar, “Semua berani mengajar dan tidak ingin berhenti belajar."