BUDAYA SD MARSUDIRINI YOGYAKARTA


Oleh: Th. Yeti Murniningsih, S.Pd.SD.

SD Marsudirini Yogyakarta memiliki tujuan pelaksanaan pendidikan di sekolah yaitu untuk membentuk siswa Indonesia menjadi generasi yang berpendidikan, cerdas, dan berkarakter. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka dilaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah dan pembiasaan atau proses yang baik. Proses pembiasaan tersebut dikenal dengan budaya atau pembudayaan.

Dalam membentuk siswa yang berprestasi dan berkarakter baik, sekolah SD Marsudirini membangun budaya positif di lingkungan sekolah. Budaya sekolah sendiri diartikan sebagai tradisi sekolah yang tumbuh serta berkembang sesuai dengan spirit dan nilai-nilai yang diajarkan di sekolah yang meneladan Santo Fransiskus Assisi dan Ibu Magdalena Daemen. Budaya sekolah menjadi kebiasaan yang disepakati bersama untuk dilakukan dalam waktu yang berkelanjutan pada saat terjadi kegiatan pembelajaran. Dengan membangun kebiasaan atau budaya positif di lingkungan sekolah, diharapkan nilai-nilai baik bisa diterima oleh siswa dan mampu membentuk karakter dan kecerdasan mereka.

Bentuk budaya membangun budaya positif di sekolah cukup beragam. Beberapa program atau budaya sekolah seperti program literasi untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, menulis tegak bersambung, membuat kesepakatan kelas, dll.

Pembentukan karakter menjadi salah satu tujuan utama SD Marsudirini dalam pendidikan. Hal ini juga dinyatakan oleh Sr. M. Rachel, OSF, S.Pd. dan Bapak F.X. Oktaf Laudensius,S.Si yang merupakan Kepala SD Marsudirini Yogyakarta.

Adapun karakter yang diharapkan dari pelaksanaan pendidikan yaitu menjadi manusia serta anggota masyarakat yang tercantum dalam Profil Pelajar Pancasila yaitu Beriman dan Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia, Kreatif, Gotong Royong, Berkebhinekaan Global, Bernalar Kritis serta Mandiri.

Budaya Positif di SD Marsudirini Yogyakarta

Ada banyak budaya positif yang diterapkan di SD Marsudirini  untuk membiasakan warga sekolah melakukan hal baik, memiliki akhlak, dan bermanfaat untuk lingkungan. Untuk menerapkan budaya positif di sekolah tentu diperlukan peran guru dan sekolah yang optimal. Semua guru membangun komunitas yang baik di sekolah untuk menyiapkan siswa di masa depan menjadi manusia berdaya, bukan hanya untuk pribadinya saja tetapi berdampak positif pada masyarakat.

Adapun berikut ini merupakan budaya positif di sekolah yang biasa diterapkan, yaitu:

1. Budaya Ngajeni

SD Marsudirini menerapkan budaya ngajeni. Ngajeni adalah sebuah akronim yang berarti:

Nga : Ngapurancang yang dimaknai, jika bicara dengan orang yang lebih tua tangannya bersatu di depan perut.

Je   : Jempol dimaksudkan untuk mempersilakan orang lain, atau untuk angkat tangan saat akan bertanya atau menjawab pertanyaan.

N   : Nyuwun sewu/Ndherek langkung, nyuwun pangapunten, matur nuwun, mangga.

I    : Injih

      

2. Melaksanakan Tata Tertib Sekolah

Semua warga sekolah wajib menaati tata tertib yang sudah ditentukan olah sekolah. Tata tertib berfungsi sebagai pembatas antara yang boleh dan tidak boleh dan antara yang baik dan tidak baik bagi warga sekolah.

Sekolah membuat tata tertib untuk disepakati dan dijalankan bersama. Dengan melaksanakan dan menaati tata tertib maka situasi di sekolah akan berjalan dengan tertib dalam waktu yang lama. Program sekolah juga jadi berjalan sesuai dengan aturan main. Kebiasaan positif ini harus terus berkembang hingga menjadi karakter.

3. Cinta Kebersihan dan Lingkungan

Diperlukan generasi yang sadar akan lingkungan dan bisa mengajak orang lain untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Guru dan orang tua memiliki peran penting untuk mengajarkan kebersihan dan cinta lingkungan pada anak sejak dini.

Penanaman rasa cinta kebersihan dan lingkungan adalah budaya positif yang harus dimiliki setiap siswa. Cinta lingkungan adalah budaya dari St. Fransiskus Assisi. Cinta kebersihan artinya menjaga kebersihan terhadap diri sendiri dan juga terhadap lingkungan sekolah. Kebersihan terhadap diri sendiri bertujuan untuk membentuk pribadi siswa yang sehat dan jiwa yang kuat. Siswa juga akan dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan baik setiap harinya.

Untuk rasa cinta kebersihan terhadap lingkungan sekolah, siswa dapat membuat jadwal piket membersihkan kelas dan halaman sekolah supaya bersih. Dengan lingkungan sekolah yang bersih, maka akan tercipta udara segar dan belajar jadi nyaman.

4. Kejujuran

Karakter kejujuran juga sangat penting untuk ditanamkan di lingkungan sekolah, bukan hanya untuk siswa, tetapi guru juga sebagai tenaga pengajar. Kejujuran adalah investasi yang berharga terciptanya komunikasi dan hubungan yang sehat antar manusia.

Dampak positif dari menjadi manusia yang jujur berguna untuk berbagai sisi kehidupan, apalagi di masa sekarang di mana kejujuran mahal harganya. Karakter ini harus sudah dibangun dan ditanamkan sejak usia dini. Menjadi orang yang dipercaya orang lain adalah hal yang sangat indah untuk dimiliki seseorang.

Nilai kejujuran yang diterapkan di SD Marsudirini antara lain, jika menemukan uang diberikan kepada guru agar bisa diumumkan.

5. Religius

Dengan menanamkan karakter religius sejak usia dini, maka akan jadi langkah awal menumbuhkan sikap dan perilaku keberagamaan pada siswa. Upaya penanaman nilai religius harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa. Misalnya di tahap masa kanak-kanak, mereka ada di tahapan meniru dari yang dilihat dan didengar.

Yang bisa dilakukan oleh sekolah adalah dengan membiasakan berdoa sebelum dan sesudah memulai kegiatan dan selalu bersyukur kepada Tuhan YME. Peran guru sangatlah penting di sini untuk jadi teladan, pengingat, dan sebagai contoh untuk melaksanakan kegiatan bersifat religius.

6. Kepedulian

Sikap peduli adalah tindakan yang selalu ingin memberi bantuan kepada orang lain yang membutuhkan bantuan. Kepedulian siswa dapat ditanamkan di sekolah melalui berbagai cara, misalnya pada saat adateman yang tidak membawa bekal, maka teman lain yang membawa membagikan bekalnya, meminjamkan alat tulisnya untuk teman yang lupa membawa. Untuk lingkup yang lebih luas, para siswa juga diajak untuk menyisihkan uang jajannya pada saat masa Prapaskah dan mengumpulkan sembako menjelang hari Natal untuk disalurkan pada mereka yang membutuhkan. Dengan memiliki kepedulian dalam diri siswa sejak dini, maka mereka akan disenangi oleh banyak teman dan jadi terbiasa untuk saling tolong menolong.

7. Sifat Toleransi

Sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) dengan semboyan “Bhineka Tunggal Ika” dengan segala keberagaman yang ada di dalamnya, sangat penting bagi kita untuk memiliki sifat toleransi antar sesama. Di sekolah pastinya berkumpul siswa, guru, dan karyawan dari berbagai agama, ras dan suku bangsa. Contoh hal yang bisa dilakukan untuk menmbangun sifat toleran adalah dengan tidak memaksakan pendapat sendiri kepada orang lain dan saling menghargai perbedaan dengan sesama. Siswa dan guru SD Marsudirini selalu bersatu, menjalin hubungan yang harmonis, dan dapat bekerja sama dengan guru dan siswa sekolah lain yang berbeda keyakinan.

8. Sikap Nasionalis

Sikap nasionalis atau cinta tanah air dapat diimplementasikan dengan cara berpikir dan bertindak untuk menaruh kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan kelompok. Karakter ini dapat ditanamkan dengan pelaksanaan upacara bendera, menyanyikan lagu Indonesia Raya setiap pukul 10.00, dan menghormati serta meneladan tokoh bangsa. Sikap ini akan meningkatkan rasa cinta terhadap tanah air.

Itulah  budaya positif di sekolah yang bisa diterapkan untuk membangun karakter siswa lebih baik. Tentunya masih banyak budaya-budaya lainnya yang tidak boleh ditinggalkan dan harus diajarkan di sekolah sejak dini seperti budaya literasi dan lainnya. Dengan menerapkan budaya positif ini secara konsisten dan dengan sebaik mungkin, maka akan melahirkan generasi Indonesia yang bukan hanya cerdas, tetapi berkarakter baik.

Nilai-nilai dalam budaya sekolah mencakup: kebiasaan hidup, etika, kejujuran, kasih sayang, mencintai belajar, bertanggung jawab, menghormati hukum dan peraturan, menghormati orang lain, mencintai pekerjaan, suka menabung, suka bekerja keras, tepat waktu.