Rabu Abu menjadi momen penting bagi umat Katolik sebagai awal masa prapaskah. Di masa prapaskah, umat Katholik diajak untuk melakukan refleksi dan pertobatan yang berlangsung selama 40 hari sebelum hari raya Paskah.
Rabu Abu ditandai dengan penerimaan abu yang dioleskan di dahi setiap umat Kristiani oleh Romo maupun Prodiakon Gereja. Penandaan dengan abu di dahi ini merupakan simbol dari pertobatan batin.
Rabu, 5 Maret 2025, peringatan hari Rabu Abu dirayakan dalam misa bersama satu komplek Yayasan Marsudirini Perwakilan Yogyakarta di gereja St. Fransiscus Xaverius Kidul Loji. Misa dimulai pada pukul 07.30 WIB dan dipersembahkan oleh Romo Ign. Sukawalyana, Pr. Seluruh peserta didik, guru, karyawan, para suster dari TK Mater Dei, SD Marsudirini, SMP Maria Immaculata, dan SMA Santa Maria mengikuti misa dengan khidmat. Dalam kegiatan kali ini, sebagian orang tua siswa serta para guru dan siswa-siswi dari SD Kanisius Kintelan ikut hadir dalam perayaan misa kudus.
Dalam homilinya, Romo Sukawalyana mengajak anak-anak untuk melakukan pantang dan puasa yang disertai dengan perbuatan amal kasih. Romo memberikan contoh yang konkret bagaimana sebaiknya anak-anak berpantang. Misalnya, berpantang makanan atau jajanan kesukaannya seperti bakso, coklat, dll. Anak-anak juga bisa berpantang dengan tidak bermain game/HP atau tidak menonton film kesukaannya. Untuk melakukan perbuatan amal kasih, anak-anak diajak mengurangi jajannya dan menyisihkan sebagian uang jajannya tersebut untuk didermakan atau diberikan kepada mereka yang membutuhkan dengan memasukkannya di kotak APP.
Romo menambahkan bahwa pantang dan puasa tidak melulu soal fisik saja seperti mengurangi makan dan minum, tetapi anak-anak dapat mengubah perilakunya yang kurang baik menjadi lebih baik. Misalnya, anak-anak yang tadinya malas belajar dan sering tidak mengerjakan PR memperbaiki diri menjadi anak yang lebih rajin belajar dan mengerjakan PR, yang sering membantah perintah orang tua, mulai Rabu Abu ini menjadi anak yang menuruti nasihat orang tua, atau anak-anak yang tadinya suka mengejek teman, di masa prapaskah ini belajar untuk menyampaikan kata-kata pujian satu sama lain.
Marilah kita memasuki masa prapaskah dengan memperbanyak doa, berpantang, berpuasa dan berderma. Semoga masa prapaskah menjadi momen bagi kita semua untuk menjadi pribadi yang semakin rendah hati, terbuka dan penuh kasih pada sesama.